Mengenal Metode Untuk Analisis Postur Kerja Dalam Ergonomi

Perancangan suatu metode kerja dan stasiun kerja harus mempertimbangkan postur tubuh dari pekerja. Metode kerja dan stasiun kerja yang dirancang harus membuat pekerja memiliki postur tubuh yang ergonomis saat melakukan pekerjaannya. Tanpa adanya postur tubuh ergonomis, bisa menyebabkan pekerja bekerja pada postur tubuh yang tidak alami. Pekerja sering kali melakukan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama. 

Melakukan suatu pekerjaan dalam jangka waktu yang lama tanpa didukung oleh postur tubuh yang alami bisa menyebabkan cedera pada pekerja, yaitu musculoskeletal disorders (MSDs). Musculoskeletal disorders merupakan cedera atau gangguan yang dapat mempengaruhi pergerakan tubuh manusia atau sistem muskuloskeletal, seperti otot, ligamen, dan lain-lain. 

Berikut ini beberapa metode yang bisa digunakan dalam analisis postur kerja :

Metode Analisis Postur Kerja

1. OWAS (Ovako Work Analysis System)

OWAS merupakan sebuah metode ergonomi yang digunakan untuk mengevaluasi
postural stress pada pekerja yang dapat mengakibatkan musculoskeletal disorders atau kelainan otot. Metode ini dimulai pada tahun 1970-an di perusahaan Ovako Oy Finlandia.

Dikembangkan oleh Karhu dan kelompoknya di Laboratorium Kesehatan Buruh Finlandia yang mengkaji tentang pengaruh sikap kerja terhadap gangguan kesehatan seperti sakit pada punggung, leher, bahu, kaki, dll. Penelitian tersebut memfokuskan hubungan antara postur kerja dengan berat beban. Seiring berjalannya waktu, metode ini disempurnakan oleh Stofert pada tahun 1985. 

Metode OWAS memberikan informasi mengenai penilaian postur tubuh pada saat bekerja sehingga dapat melakukan evaluasi dini atas risiko kecelakaan tubuh manusia yang terdiri atas beberapa bagian penting. Berikut ini adalah diagram alur metode OWAS :
Metode OWAS merupakan salah satu metode yang memberikan output berupa kategori sikap kerja yang beresiko terhadap kecelakaan kerja pada bagian musculoskeletal. Metode OWAS mengkodekan sikap kerja pada bagian punggung, tangan, kaki, dan berat beban. Masing-masing bagian memiliki klasifikasi sendiri-sendiri. Postur dasar OWAS disusun dengan kode yang terdiri empat digit, dimana disusun secara berurutan mulai dari punggung, lengan, kaki dan berat beban yang diangkat ketika melakukan penanganan material secara manual.

2. NIOSH

Pada tahun 1981, Nasional Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mengidentifikasi adanya problem back injuries yang dipublikasikan dalam The Work Practises Guide for Manual Lifting (Henry, et al, 1993). Metode ini untuk mengetahui gaya yang terjadi di punggung (L5S1). Ada 2 metode
dalam NIOSH yaitu:
  1. Metode MPL (Maximum Permissible Limit)
  2. RWL (Recommended Weigh Limit).

Metode MPL

Pada metode MPL input berupa rentang postur (posisi aktivitas), ukuran beban dan ukuran manusia yang dievaluasi. Proses analisis dimulai dengan melakukan perhitungan gaya yang terjadi pada telapak
tangan, lengan bawah, lengan atas, dan punggung. Output yang dihasilkan berupa gaya tekan/kompresi (Fc) pada lumbar ke 5 sacrum pertama (L5S1). Berikut ini adalah alur metode MPL :
Standart yang diberikan metode MPL adalah besar gaya tekan di bawah 6500N pada L5S1 sedangkan batasan gaya angkat normal (The Action Limit) sebesar 3500 pada L5S1, sehingga didapat standart sebagai berikut
1. Apabila Fc< AL (aman)
2. Apabila AL<Fc<MPL (perlu hati-hati)
3. Apabila Fc>MPL (berbahaya) 

Metode RWL

Metode RWL adalah metode yang merekomendasikan batas beban yang diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara repetitif dan dalam jangka waktu yang lama. Input metode RWL adalah jarak beban terhadap manusia, jarak perpindahan, dan postur tubuh (sudut yang dibentuk). Berikut ini adalah alur metode RWL :
Proses metode RWL menghasilkan perhitungan Lifting Index, untuk mengetahui indeks pengangkatan yang tidak mengandung resiko cidera tulang'.

Standart metode RWL adalah LI d 1, maka aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang sedangkan jika LI> 1, maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang. Kelemahan metode ini adalah postur kerja tidak diperhatikan secara detail hanya gaya dan beban yang dianalisa, untuk penggunaan tenaga otot (statis/repetitif) dan postur leher belum dianalisa.

3. REBA

Pada tahun 1995, McAtamney dan Hignett memperkenalkan metode Rapid Entery Body Assesment (REBA). Metode tersebut dapat digunakan secara cepat untuk menilai postur seorang pekerja. Adapun input metode REBA yaitu : pengambilan data postur pekerja menggunakan handicam, penentuan sudut pada batang tubuh, leher, kaki, lengan atas, lengan bawah dan pergelangan tangan. Output REBA berupa pengelompokan action level adalah sebagai berikut :

Metode REBA tepat untuk menganalisa aktivitas MMH yang dominan menggunakan tubuh bagian atas karena tubuh bagian atas dianalisa secara detail. Namun analisa sudut postur tubuh pada metode REBA belum lengkap, olehkarena itu pada tahun 1993 metode ini disempurnakan oleh Dr. Lynn Mc Atamney dengan memunculkan metode RULA. Berikut ini adalah alur metode REBA :

4. RULA

Tahun 1993, Dr. Lynn McAtamney memunculkan metode RULA. Metode Rapid Upper Limb Assessment (RULA) merupakan metode cepat penilaian postur tubuh bagian atas. Input metode ini adalah postur (telapak tangan, lengan atas, lengan bawah, punggung dan leher), beban yang diangkat, tenaga yang dipakai (statis/dinamis), jumlah pekerjaan. Berikut ini alur metode RULA :
Metode ini menyediakan perlindungan yang cepat dalam pekerjaan seperti resiko pada pekerjaan yang berhubungan dengan upper limb disorders, mengidentifikasi usaha yang dibutuhkan otot yang berhubungan dengan postur tubuh saat kerja (penggunaan kekuatan dan kerja statis yang berulang). Input postur metode RULA dibedakan menjadi 2 grup yaitu grup A (lengan atas dan bawah dan pergelangan tangan) dan grup B (leher, tulang belakang dan kaki). Berikut ini action level metode RULA.
Metode RULA sangat efektif untuk mengidentifikasi aktivitas MMH, khususnya aktivitas yang banyak melibatkan anggota tubuh bagian atas.

5. PEI

Metodologi PEI dan WEI dikembangkan oleh Prof. Frans Caputo dan Giuseppe Di Gironimo,
Ph.D dari University of Naples Frederico II, Italia. Metodologi ini dikembangkan berdasarkan aplikasi task analysis toolkit (TAT) yang terdapat pada software jack. Tujuan dari penggunaan metodologi ini adalah untuk melakukan optimalisasi yang dilakukan, postur kerja yang paling memberikan kenyamanan pada pekerja, dalam berbagai macam persentil populasi. Alur metode PEI seperti gambar di bawah :

6. QEC

Quick Exposure Check (Li, and Buckle, 1999) berfokus kepada penilaian terhadap faktor resiko pada tempat kerja yang ditemukan dan mempunyai kontribusi pada bertambahnya WMSDs (Work-Related Musculoskeletal Disorders), seperti perulangan gerakan, tekanan usaha, postur yang tidak nyaman,dan durasi pekerjaan. 

Metode ini mengkombinasikan penilaian beban kerja dari sisi peneliti dan operator. Penilaian didapatkan berdasarkan penjelasan dari level resiko untuk bagian punggung, bahu/lengan, tangan dan pergelangan serta leher yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu, dan memperlihatkan apakah intervensi ergonomi terbukti efektif (dengan naik turunnya skor).
Tujuan Metode Quick Exposure Check (QEC)
  1. Mengukur perubahan postur terhadap faktor risiko muskuloskeletal sebelum dan sesudah intervensi ergonomi.
  2. Melibatkan kedua pihak yakni peneliti dan pekerja dalam melaksanakan penilaian risiko dan mengidentifikasi kemungkinan perubahan.
  3. Mendorong peningkatan kualitas tempat kerja.
  4. Meningkatkan kepedulian dan kesadaran pada manajer, teknisi, designers, praktisi K3, dan pekerja mengenai faktor resiko MSDs di tempat kerja.
  5. Membandingkan resiko antar karyawan di dalam satu pekerjaan, ataupun antar karyawan dengan pekerjaan berbeda.
Tabel Exposure Score QEC

7. PLIBEL

Metode PLIBEL (Pland for Identifiering av. Belastningsfaktorer) dibuat oleh Dr. Kemmlert (1990), metode ini digunakan untuk mengidentifikasi faktor terjadinya cedera otot yang dapat menimbulkan efek berbahaya. Metode PLIBEL merupakan suatu alat screening sederhana yang bertujuan untuk mencari faktor risiko musculoskeletal di tempat kerja.
PLIBEL dirancang untuk menilai risiko ergonomi pada lima regio tubuh. Keunggulan PLIBEL yaitu dapat digunakan sebagai alat screening untuk keselamatan dan kesehatan kerja dalam menilai faktor risiko ergonomis namun PLIBEL juga memiliki keterbatasan untuk menilai kuantitas dari faktor risiko tersebut (Octaviani, 2017).

Terdapat checklist sederhana pada metode PLIBEL yang digunakan untuk menilai terjadinya risiko cedera otot pada saat bekerja yang dihubungkan dengan stasiun kerja. Metode ini diterapkan untuk mengetahui bagian tubuh yang mengalami keluhan musculoskeletal terbesar yaitu pada neck shoulder, upper back, elbows, forearm, hands, feed, knees and hips, dan low back. Analisis faktor risiko cedera musculoskeletal disorders dapat dilihat pada pertanyaan PLIBEL checklist yang mendapatkan jawaban “ya” disetiap variabel, untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menyebabkan bagian tubuh mengalami tingkat risiko cedera, akibat yang dapat ditimbulkan oleh faktor tersebut, dan usulan yang dapat dilakukan (Barley & Aribowo, 2015).