Pendidikan teknik industri di Indonesia, dan juga boleh
dikatakan juga keilmuannya, dimulai dengan pengenalan kuliah-kuliah yang
terkait dengan disiplin teknik industri di jurusan teknik mesin ITB tahun 50an.
Permasalahan yang timbul akibat nasionalisasi perusahaan-perusahaan Belanda
tahun itu menunjukkan perlunya keilmuan teknik untuk mendisain bukan
mesinmesinnya tetapi pabriknya. Pengenalan kuliah-kuliah seperti manajemen
produksi, tata hitung ongkos, dan sebagainya terus berkembang di samping
praktek-praktek keilmuannya.
Program studi teknik industri yang berdiri secara formal di Indonesia pertama kali adalah Jurusan Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara (USU). Berbeda dengan program studi teknik industri di ITB, program di USU ini berasal dari Jurusan Teknik Kimia. Oleh sebab itu, warna teknik kimia terlihat kuat pada jurusan ini dan secara alamiah menjadi pola yang diikuti oleh kebanyakan program studi teknik industri di sekitar USU. Dalam perkembangan selanjutnya, jurusan teknik industri dengan warna teknik kimia semakin menghilang. Di ITB sendiri, program studi teknik industri berasal dari Jurusan Teknik Mesin. Perkembangan pendidikan di ITB barangkali dapat dilihat sebagai representasi perkembangan pendidikan dan keilmuan teknik industri di Indonesia karena hampir semua program studi teknik industri di Indonesia mengacu pada kurikulum yang diberikan di ITB. Secara ringkas perkembangan tersebut dijelaskan pada tabel dibawah.
Program studi teknik industri yang berdiri secara formal di Indonesia pertama kali adalah Jurusan Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara (USU). Berbeda dengan program studi teknik industri di ITB, program di USU ini berasal dari Jurusan Teknik Kimia. Oleh sebab itu, warna teknik kimia terlihat kuat pada jurusan ini dan secara alamiah menjadi pola yang diikuti oleh kebanyakan program studi teknik industri di sekitar USU. Dalam perkembangan selanjutnya, jurusan teknik industri dengan warna teknik kimia semakin menghilang. Di ITB sendiri, program studi teknik industri berasal dari Jurusan Teknik Mesin. Perkembangan pendidikan di ITB barangkali dapat dilihat sebagai representasi perkembangan pendidikan dan keilmuan teknik industri di Indonesia karena hampir semua program studi teknik industri di Indonesia mengacu pada kurikulum yang diberikan di ITB. Secara ringkas perkembangan tersebut dijelaskan pada tabel dibawah.
Periode
|
Arah
kurikulum
|
1963-1968
|
Masih berupa pembidangan dalam teknik mesin
yang disebut teknik produksi
|
1968-1973
|
Pendidikan teknik industri yang diberikan
dalam kurikulum utuh yang tersendiri atau tidak menjadi bagian teknik mesin
|
1973-1979
|
Perluasan aplikasi disiplin teknik industri
di luar industri manufaktur serta pengenalan kuliah pendekatan sistem
|
1979-1982
|
Pengenalan kelompok matakuliah manajemen
sebagai tambahan pada disiplin teknik industri dan sekaligus sebagai bidang
kajian dan terapan di lingkungan teknik industri. Pada saat ini nama teknik
dan manajemen industri muncul.
|
1982-1987
|
Pemakaian sistem kongkrit manufaktur (SKM)
sebagai obyek pembelajaran dalam kurikulum pendidikan
|
1987-1993
|
Perkembangan industri manufaktur yang
semakin rumit dalam mencapai efisiensi dan performansinya sehingga memunculkan pengelompokkan matakuliah yang
merupakan aspek terkait dengan performansi tersebut. Tujuh kelompok mata
kuliah pilihan yang terdiri dari : Sistem Produksi,
Ergonomi, Perencanaan dan Optimasi Sistem,
Manajemen Industri, Tekno-Ekonomi, Strategi Pengembangan Industri dan
Transportasi & Distribusi.
|
1993-1998
|
Dilakukan konsolidasi dalam pengelompokkan
untuk lebih mempertajam pemberian kemampuan kepada mahasiswa yaitu kelompok
teknik industri dan kelompok manajemen industri sebagai jalur pilihan di
tingkat akhir.
|
1998-2003
|
Pengaruh ABET mulai masuk ke dalam pendidikan
sehingga tujuan pembentukan kompetensi perancangan dan perbaikan sistem
terintegrasi menjadi fokus utama kurikulum. Terjadi perampingan yang menghasilkan hanya satu pola
pendidikan yaitu teknik industri.
|
2003-2008
|
Pemantapan pemakaian konsep kurikulum
berbasis kompetensi dengan ABET sebagai acuan dan penegasan kurikulum
pendidikan sarjana yang bersifat umum dan spesialisasi dilakukan pada jenjang
magister dan doktor. Kandungan teknologi informasi sebagai media integrasi
sistem diperbanyak. Kurikulum bersifat terintegrasi dari program sarjana,
magister dan doktor. Terdapat 7 (tujuh) konsentrasi pilihan pada jenjang
magister dan doktor yaitu: rekayasa sistem kerja dan ergonomi, rekayasa
manufaktur, rekayasa enterprise, rekayasa sistem rantai pasok, rekayasa dan
manajemen kualitas, manajemen kerekayasaan,
dan strategi dan kebijakan teknologi.
|
2008-2013
|
Kurikulum mencapai kemapanan dengan tetap
melakukan integrasi antara jenjang sarjana, magister dan doktor serta pengenalan
program fast track dimana mahasiswa
bisa lulus langsung S1 dan S2 dalam waktu lebih singkat. Konsentrasi pilihan
disederhanakan menjadi 5 (lima) yaitu: rekayasa sistem manufaktur, rekayasa
sistem kerja dan ergonomi, manajemen industri, sistem informasi enterprise,
dan sistem industri & rantai suplai.
|
Jalur-jalur pilihan pada jenjang S2 dan S3 tersebut dapat
dilihat sebagai area keilmuan teknik industri yang lebih spesifik. Jika dilihat
terkait dengan rekayasa manusia dan ergonomi, sistem manufaktur, manajemen
industri, sistem informasi enterprise, rantai pasok dan sistem industri.
Pada tahun 1995, dengan menyadari banyaknya program studi teknik industri berkembang di Indonesia, serta keinginan memperoleh tingkat kualitas yang sama di antara program-program tersebut, dibentuk organisasi penyelenggara pendidikan tinggi teknik industri di ITB. Organisasi ini disebut sebagai BKSTI (Badan Kerja Sama Penyelenggara Pendidikan Tinggi Teknik Industri) yang bersifat paguyuban untuk ikut menjaga bersama mutu pendidikan tinggi teknik industri.
Salah satu hasil dari organisasi ini adalah kesepakatan kurikulum inti program sarjana teknik industri pada tahun 2005, yang sampai saat ini masih dijadikan acuan. Dalam kurikulum inti tersebut disepakati kompetensi lulusan program sarjana teknik industri yang diadopsi dari program outcomes ABET. Berdasarkan pada kompetensi tersebut disepakati sebesar 90 SKS matakuliah yang dipandang sama untuk setiap program studi teknik industri di Indonesia. Kesepakatan tersebut juga mencakup garis besar isi dari 90 SKS matakuliah tersebut. Kemudian, diharapkan setiap program studi mengembangkan warna khas pendidikannya masing-masing pada sisa 54 SKS sehingga tergenapi jumlah SKS minimal program sarjana sebesar 144 SKS.
Berdasarkan kesepakatan kurikulum inti ini sudah banyak program studi teknik industri di Indonesia yang menjadikannya acuan dan mencoba membangun warna kekhasan masingmasing. Sejauh ini telah dijumpai beberapa warna khas seperti sistem manufaktur, rantai suplai atau logistik, dan sistem informasi. Sesuai dengan catatan di BKSTI, pada saat ini terdapat 160 program studi teknik industri di seluruh Indonesia.
Di samping itu pendidikan teknik industri pada jenjang magister dan doktor juga terus berkembang. Setelah ITB membangun program magister dan doktor, pada saat ini beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta juga membuka program magister. Secara umum, dapat dikatakan pendidikan tinggi teknik industri berkembang dengan baik.
Di ITB sendiri, pada tahun 2010 telah dibuka sebuah program studi baru yang masih serumpun dengan program studi teknik industri yang diberi nama manajemen rakayasa industri. Program studi ini mengacu pada program-program studi yang diakui oleh ABET yang disebut sebagai engineering management. Di dalam panduan ABET, IIE (Institute of Industrial Engineering America), menjadi lead society atau masyarakat profesi utama yang mensponsori dan bertanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan ini di samping asosiasi profesi yang lain seperti ASME (American Society of Mechanical Engineers), AIChE (American Institute of Chemical Engineers), ASCE (American Society for Civil Engineers), IEEE (Institute of Electrical and Elctronic Engineers), dan SPE (Society of Petroleum Engineers).
Program studi baru ini perlu mendapatkan perhatian oleh BKTI-PII, sebab profesi engineering management merupakan profesi yang terkait dengan profesi teknik industri. Di ITB, diartikulasikan sebagai profesi yang lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan yang bersifat proyek pada sistem terintegrasi, sementara teknik industri lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan operasi pada sistem terintegrasi. Dengan demikian kedua program studi ini di ITB, bersifat melengkapi. Dalam kerangka siklus hidup teknologi, bagian dari manajemen rekayasa industri adalah lebih pada kegiatan asesmen teknologi, pengembangan proses sampai dengan terbentuknya enterprise. Adapun bagian dari teknik industri adalah lebih pada kegiatan operasi enterprise tersebut serta proses perbaikan berkelanjutannya sampai dicapai masa dimana enterprise tidak bisa lagi dikembangkan dan memerlukan pembaharuan. Pada gambar 1 dijelaskan pemosisian antara manajemen rekayasa industri dan teknik industri tersebut.
Pada tahun 1995, dengan menyadari banyaknya program studi teknik industri berkembang di Indonesia, serta keinginan memperoleh tingkat kualitas yang sama di antara program-program tersebut, dibentuk organisasi penyelenggara pendidikan tinggi teknik industri di ITB. Organisasi ini disebut sebagai BKSTI (Badan Kerja Sama Penyelenggara Pendidikan Tinggi Teknik Industri) yang bersifat paguyuban untuk ikut menjaga bersama mutu pendidikan tinggi teknik industri.
Salah satu hasil dari organisasi ini adalah kesepakatan kurikulum inti program sarjana teknik industri pada tahun 2005, yang sampai saat ini masih dijadikan acuan. Dalam kurikulum inti tersebut disepakati kompetensi lulusan program sarjana teknik industri yang diadopsi dari program outcomes ABET. Berdasarkan pada kompetensi tersebut disepakati sebesar 90 SKS matakuliah yang dipandang sama untuk setiap program studi teknik industri di Indonesia. Kesepakatan tersebut juga mencakup garis besar isi dari 90 SKS matakuliah tersebut. Kemudian, diharapkan setiap program studi mengembangkan warna khas pendidikannya masing-masing pada sisa 54 SKS sehingga tergenapi jumlah SKS minimal program sarjana sebesar 144 SKS.
Berdasarkan kesepakatan kurikulum inti ini sudah banyak program studi teknik industri di Indonesia yang menjadikannya acuan dan mencoba membangun warna kekhasan masingmasing. Sejauh ini telah dijumpai beberapa warna khas seperti sistem manufaktur, rantai suplai atau logistik, dan sistem informasi. Sesuai dengan catatan di BKSTI, pada saat ini terdapat 160 program studi teknik industri di seluruh Indonesia.
Di samping itu pendidikan teknik industri pada jenjang magister dan doktor juga terus berkembang. Setelah ITB membangun program magister dan doktor, pada saat ini beberapa perguruan tinggi negeri dan swasta juga membuka program magister. Secara umum, dapat dikatakan pendidikan tinggi teknik industri berkembang dengan baik.
Di ITB sendiri, pada tahun 2010 telah dibuka sebuah program studi baru yang masih serumpun dengan program studi teknik industri yang diberi nama manajemen rakayasa industri. Program studi ini mengacu pada program-program studi yang diakui oleh ABET yang disebut sebagai engineering management. Di dalam panduan ABET, IIE (Institute of Industrial Engineering America), menjadi lead society atau masyarakat profesi utama yang mensponsori dan bertanggung jawab terhadap pengembangan keilmuan ini di samping asosiasi profesi yang lain seperti ASME (American Society of Mechanical Engineers), AIChE (American Institute of Chemical Engineers), ASCE (American Society for Civil Engineers), IEEE (Institute of Electrical and Elctronic Engineers), dan SPE (Society of Petroleum Engineers).
Program studi baru ini perlu mendapatkan perhatian oleh BKTI-PII, sebab profesi engineering management merupakan profesi yang terkait dengan profesi teknik industri. Di ITB, diartikulasikan sebagai profesi yang lebih mengarah pada kegiatan-kegiatan yang bersifat proyek pada sistem terintegrasi, sementara teknik industri lebih difokuskan pada kegiatan-kegiatan operasi pada sistem terintegrasi. Dengan demikian kedua program studi ini di ITB, bersifat melengkapi. Dalam kerangka siklus hidup teknologi, bagian dari manajemen rekayasa industri adalah lebih pada kegiatan asesmen teknologi, pengembangan proses sampai dengan terbentuknya enterprise. Adapun bagian dari teknik industri adalah lebih pada kegiatan operasi enterprise tersebut serta proses perbaikan berkelanjutannya sampai dicapai masa dimana enterprise tidak bisa lagi dikembangkan dan memerlukan pembaharuan. Pada gambar 1 dijelaskan pemosisian antara manajemen rekayasa industri dan teknik industri tersebut.
Gambar
1. Pemosisian Teknik Industri dengan Manajemen Rekayasa Industri
(sumber:
Program Studi Teknik Industri, 2009)
0 Comments:
Posting Komentar