Pengertian dan Manfaat Studi Kelayakan Bisnis! Cari Tahu Sekarang

Pengertian Studi Kelayakan Bisnis

Studi kelayakan bisnis, disingkat dengan SKB, merupakan aktivitas terencana yang dilaksanakan untuk mempelajari secara lebih mendalam mengenai suatu bisnis atau usaha yang akan dijalankan. Hasil dari studi kelayakan bisnis ini merupakan laporan tertulis, yang akan memberikan keterangan mengenai tingkat kelayakan sebuah bisnis tersebut untuk dijalankan. Mengapa studi kelayakan bisnis tersebut diperlukan? Hal terpenting dari kegiatan ini adalah untuk kebaikan keberlanjutan perusahaan di masa mendatang dan agar mengurangi pihak-pihak yang merasa dirugikan oleh keberadaan sebuah bisnis.

Hasil dari studi kelayakan bisnis tidak hanya dimanfaatkan oleh kalangan dalam perusahaan itu sendiri. Hasil studi ini dapat digunakan oleh pihak lain yang turut serta menyetujui atau sebaliknya menolak laporan studi tersebut, sesuai dengan kepentingan pihak lainnya. Hasil studi yang dinyatakan layak, bisa jadi tidak dapat dilaksanakan. Hal ini, misalnya, dikarenakan pengambil keputusan akhir yang menolak adanya intervensi pihak lain yang merasa tidak terpenuhi kepentingannya.

Secara lebih lengkap, beberapa tujuan yang hendak dicapai dari pelaksanaan sebuah studi kelayakan bisnis adalah:

1. Menghindari kerugian. Analisis padastudi kelayakan bisnis adalah untuk memperkirakan kemungkinan keuntungan perusahaan di masa yang akan datang dalam suatu kegiatan pengembangan bisnis. Jika di dalam hal analisis diperoleh kemungkinan kerugian perusahaan yang lebih besar, maka sebaiknya manajemen perusahaan berpikir ulang mengenai pilihan jenis usaha yang akan dikembangkan.

2. Memudahkan pelaksanaan kerja. Hasil studi kelayakan bisnis dapat membantu manajemen dalam merealisasikan program-program perusahaan. Manajemen dapat memilah kebijakan yang menguntungkan atau merugikan. Dengan demikian, manajemen perusahaan akan lebih mudah untuk mengambil keputusan terkait kebijakan yang akan dilakukan.

3. Memudahkan perencanaan perusahaan. Analisis yang baik akan membantu manajemen perusahaan dalam merencanakan segala hal yang terkait dengan kegiatan perusahaan. Hasil studi kelayakan bisnis akan mempermudah penyusunan langkah dan program kerja perusahaan.

4. Memudahkan dalam hal pengawasan. Proses pengawasan dari pihak yang berwenang diperlukan oleh sebuah bisnis yang besar. Dalam hal ini, pemerintah dapat dilibatkan dalam pengawasan. Laporan hasil studi kelayakan bisnis bisa dijadikan acuan oleh pengawas yang berwenang.

5. Memudahkan proses pengendalian. Bisnis yang besar memerlukan pengendalian secara berkesinambungan. Proses pengendalian yang keliru dapat memberikan dampak negatif kepada lingkungan, seperti masalah kesehatan maupun masalah sosial yang lain. Studi kelayakan bisnis akan lebih memudahkan pengawasan serta pengendalian oleh pihak berwenang atau perusahaan terkait.

Terdapat beberapa pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis ini dengan tujuan kepentingan masing-masing. Pihak-pihak tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Pihak investor. 

Pihak investor merupakan pihak lain yang memiliki dana dan memiliki kemauan untuk turut serta menanamkan dananya untuk keberlangsungan bisnis atau proyek yang akan dijalankan. Pihak investor perlu mempelajari hasil studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, terkait dengan kepentingannya untuk memperoleh keuntungan dari aktivitas bisnis dan keamanan investasi yang akan ditanamkannya dalam bisnis tersebut.

2. Pihak kreditor. 

Pendanaan kegiatan bisnis ini bisa juga dipinjam dari pihak bank atau penyedia jasa keuangan lainnya. Pihak bank perlu mengkaji ulang hasil studi kelayakan bisnis yang telah dibuat, sebelum membuat suatu keputusan untuk memberikan pinjaman atau tidak. Tentu saja pihak bank juga akan mempelajari hal lain, seperti bonafiditas pelaku usaha atau tersedianya agunan yang dimiliki oleh perusahaan.

3. Pihak manajemen perusahaan. 

Studi kelayakan bisnis dapat dilakukan oleh pihak internal ataupun pihak eksternal perusahaan. Terlepas dari pihak mana yang melaksanakan studi kelayakan bisnis, proposal ini tentunya terkait dengan upaya strategis perusahaan untuk bermuara pada peningkatan profit perusahaan. Pihak manajemen perusahaan, sebagai pelaku utama bisnis, perlu mempelajari hasil studi ini untuk melakukan alokasi dana dalam implementasi bisnisnya, dari modal sendiri, dari investor dan dari pihak kreditor.

4. Pihak pemerintah dan masyarakat. 

Penyusun studi kelayakan bisnis perlu memperhatikan kebijakan yang telah ditetapkan pemerintah. Bagaimana pun, pemerintah dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan, baik langsung atau tidak langsung melalui kebijakan yang diputuskan pemerintah. Kegiatan bisnis yang membantu kebijakan pemerintah akan dibantu dengan subsidi. Hal ini dapat terjadi pada bisnis yang mendatangkan devisa negara, menggalakkan ekspor non migas, atau menyerap banyak tenaga kerja.

Tahapan Dalam Studi Kelayakan Bisnis

Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis, terdapat beberapa tahapan yang perlu dilakukan. Tahapan-tahapan tersebut secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut (Umar, 2003):

1. Tahap penemuan ide. 

Dalam tahapan ini, perlu diidentifikasi jenis produk yang memiliki potensi untuk laku dijual dan menguntungkan perusahaan. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian terhadap jenis produk dan juga kebutuhan pasar dari jenis produk tersebut. Produk yang memiliki potensi yang sehat, yaitu dibutuhkan oleh pasar dalam jumlah yang besar dan juga dalam jangka waktu yang panjang, akan mendapatkan prioritas untuk dikembangkan. Penelitian jenis produk ini dapat dilakukan dengan kriteria bahwa produk dibuat untuk pemenuhan kebutuhan pasar yangmasih tersedia, pemenuhan kebutuhan manusia terhadap produk yang belum ada, atau menawarkan produk pengganti yang memiliki nilai lebih dibandingkan dengan produk yang sudah ada. Jika terdapat lebih dari satu jenis produk yang memenuhi kriteria di atas, maka dapat ditentukan salah satunya. Keputusan pemilihan produk ini biasanya dipengaruhi oleh kecocokan hati manajemen perusahaan, kemungkinan keterlibatannya sampai dengan urusan teknis, dan terpenting adalah keyakinan terhadap produk yang akan menghasilkan profit paling bagus.

2. Tahap penelitian. 

Setelah pilihan jenis produk telah diputuskan, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam. Sebaiknya penelitian ini menggunakan metode ilmiah, yang dimulai dengan mengumpulkan datadata yang terkait, lalu mengolahnya dengan teori-teori yang relevan, analisis dan interpretasi hasil pengolahan data dengan menggunakan tools analisis yang sesuai, dan kemudian menyusunnya dalam suatu laporan studi kelayakan bisnis.

3. Tahap evaluasi. 

Pada tahap ini, evaluasi yang dilakukan adalah terhadap usulan bisnis untuk prakiraan saat bisnis dibangun/didirikan dan pada saat dioperasionalkan secara rutin. Dalam evaluasi ini prakiraan kondisi yang terjadi pada usulan bisnis dibandingkan dengan kriteria standar, yang dapat bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Hal yang dievaluasi dalam bisnis adalah besarnya ongkos yang ditimbulkan untuk membangun dan mengoperasikan usulan bisnis terhadap prakiraan manfaat (benefit) yang dapat diperoleh.

4. Tahap pengurutan usulan yang layak. 

Dalam menghadapi satu kondisi, dimungkinkan adanya beberapa usulan bisnis yang dinilai layak. Manajemen perusahaan akan memiliki beberapa keterbatasan untuk menjalankan semua usulan bisnis tersebut, misalnya keterbatasan sumber daya. Untuk itu perlu dilakukan pemilihan usulan rencana bisnis yang paling penting untuk direalisasikan. Pemilihan dapat dilakukan dengan penilaian (scoring) terhadap berbagai kriteria yang telah ditentukan, beserta bobot (weighting) dari masing-masing kriteria. Usulan bisnis dengan nilai terbaik tentunya menjadi prioritas pertama.

5. Tahap rencana pelaksanaan. 

Bisnis yang dipilih untuk diwujudkan, perlu disusun rencana pelaksanaan kerjanya. Perencanaan pelaksanaan kerja ini meliputi jenis pekerjaan yang dilakukan, alokasi waktu dan penjadwalannya, jumlah tenaga operasional yang dibutuhkan dan kualifikasinya, ketersediaan dana dan sumber daya lainnya, serta kesiapan manajemen.

6. Tahap pelaksanaan. 

Setelah semua disiapkan, terakhir adalah eksekusinya. Kegiatan ini membutuhkan manajemen proyek untuk membangun bisnis, untuk merealisasikan bisnis tersebut. Berikutnya adalah melaksanakan operasional bisnis tersebut secara rutin. Untuk operasi rutin ini akan dibutuhkan manajemen operasi, yang akan mengevaluasi bisnis terhadap fungsi keuangan, pemasaran, produksi, SDM dan sebagainya, untuk mendapatkan sistem kerja yang efektif dan efisien untuk meningkatkan profit perusahaan.