Berdikari Atau Orang Dalam? Berdiri Diatas Kaki Sendiri!

Usai menyelesaikan jenjang pendidikan banyak opini tentang mencari kerja itu susah. Beberapa diantaranya mengakui susah karena tanpa adanya orang dalam.

Opini menggiringku kesini untuk menulis kalimat demi kalimat yang mungkin dapat menginspirasi, atau paling tidak dapat membuat kita berpikir. Jujur, saya bukan penulis hebat. Saya hanya penulis amatir yang mencoba mengungkapkan isi pikiran lewat blog saya ini.

Tulisan singkat ini hanya sekedar untuk memotivasi diri sendiri dan semoga bisa memotivasi kalian juga.

Sebagian orang memang beruntung karena memiliki orang dalam, satunya lagi agak kurang beruntung karena harus menyelami derasnya ombak tanpa bantuan siapapun. "The Power Of Orang Dalam", Satu kalimat yang sakral bagi orang-orang yang menginginkan bekerja tetapi digeser oleh orang yang berkepentingan, sehingga bisa masuk jalur belakang. Mungkin hal ini karena didorong oleh hawa nafsu dan sifat serakah manusia.

Ada satu pertanyaan yang selalu aku pikirkan dulu sewaktu aku masih berada di bangku kuliah. Pasti kalian juga pernah mendengarnya meskipun kalian tidak berada di lingkungan kampus. Apa itu? Pentingnya Channel. Seolah itu menjadi aspek paling penting dari beberapa hal yang sangat penting lainnya. Seolah itu menjadi rantai yang tidak akan putus dari arti kesuksesan. Seolah itu menjadi sebuah circle dari lingkaran yang tidak pernah putus, dan channel adalah penghubung untuk masuk lingkaran itu yang kita ibaratkan orang dalam. Jika kamu tidak memiliki channel, maka kamu tidak bisa masuk pada lingkaran itu.

Ibarat analogi, lingkaran itu adalah tempat. Salah satu tempat yang dibuat oleh orang lain. Tapi ada satu hal yang sering dilupakan, bahwa lingkaran itu bisa dibuat oleh kalian sendiri. Salah satu digital marketer hebat yang enggan kusebut namanya pernah menuliskan di blog yang sering saya baca, "Opportunities don't just come out of the box. You create them!". Siapa yang bisa membuat peluang dan lingkaran itu. Jawabanya adalah kita.

Jujur, jika saya menuliskan mengapa negara kita kurang maju karena kurangnya pengusaha, saya tidak akan mampu menjelaskan detail lewat fakta. Tapi fakta di lapangan memang tidak bisa kita elakkan.

Faktor yang mempengaruhi kenapa fakta di lapangan seperti itu akan sangat beragam. Dan akan sangat banyak data yang akan kita kumpulkan jika kita menarik kesimpulan dari satu kepala ke kepala lain.

Menurutku, rasio pengusaha bukan faktor utama mengapa negara tidak bisa maju. Yang melatar-belakangi itu semua adalah sifat untuk menjadi pengusaha. 

Ibarat hukum Pareto, yang menegaskan bahwa semua yang ada di dunia itu "80% akibat, disebabkan oleh 20% penyebab. Ibaratnya seperti ini, 80% kekayaan itu dipegang oleh hanya 20% orang. Dan faktor paling penting untuk menjadi 20% orang tersebut adalah bukan dari rasio pengusaha itu sendiri yang kecil. Melainkan mengapa rasio itu kecil? Jawaban yang paling tepat menurutku adalah mindset.

Aku tidak perlu menjelaskan kisah orang-orang sukses yang hanya bermodal nekat yang sekarang sudah memiliki cabang usaha, bahkan mendirikan sebuah pabrik yang menjadi tumpuan orang-orang. Pasti kalian semua pernah mendengarnya.

Tapi sekali lagi, jika kita melihat fakta di lapangan. Seseorang yang menjadi pengusaha memang kecil, kita ibaratkan hanya 20% saja, tapi dampaknya akan sangat terasa hingga mencapai 80%. Itu seperti Hukum Pareto seperti yang sudah saya singgung diatas tadi, bukan?

Pertanyaanya.

Siapkah kita keluar dari zona nyaman? Kenapa?

Siapkah kita bertumpu pada kaki kita sendiri? Kenapa?

Kapan kita akan siap?

Jawaban dari pertanyaan Itulah yang saya sebut faktor mindset diatas tadi. Bahwasanya mental dibentuk oleh mindset kita. 

Mindset yang teguh dan berani akan menjadikan kita sebagai orang yang kuat entah itu fisik ataupun mental, sehingga kita bisa berdiri dengan kaki kita sendiri. Begitupun sebaliknya. Selamat berproses!

1 Comments:

Yusakh Ivanovic mengatakan...

Berat ya hidup

Posting Komentar